Social Icons

Rabu, 30 Desember 2015

Alasan Belajar Bahasa Jepang

Jakarta, Desember 2015

Aku dan adikku membuat challenge yaitu belajar bahasa asing dari nol selain bahasa Inggris. Kemudian kami memutuskan untuk belajar bahasa Jepang dan siapa yang paling cepat menghapal hiragana dan katakana. Alhamdulillah aku menang dan bisa menghapal katakana dan hiragana dalam waktu kurang dari seminggu. 

Setelah kalah challenge games, adikku memutuskan berhenti belajar bahasa Jepang. Sebenarnya aku juga ingin berhenti. Qadarullah aku malah melanjutkan belajar bahasa Jepang karena selalu mendapatkan e-mail dari suatu agen travel Jepang yang bekerjasama dengan kantor orang tuaku. Saat itu aku masih duduk di D3 Keperawatan tingkat 3. Saking kesalnya aku pada bos Jepang itu, aku bilang ke dia,"We don't understand Japanese at all. If you don't mind, would you like to give us translation in English or Indonesian?". Alih-alih menyetujui permintaanku, dia malah tertawa keras dan berbicara dalam bahasa Jepang ke stafnya. Kemudian aku mulai menantang diriku untuk belajar bahasa Jepang dan ingin tahu seberapa mudah sih bahasanya sampai ia terlihat menyepelekanku saat itu. 


Awal Januari 2016

Adikku merekomendasikanku sebuah aplikasi belajar bahasa asing yang mana dapat menghubungkan kita dengan penutur aslinya yang sedang belajar bahasa Indonesia. Kemudian aku belajar otodidak hanya melalui chatting di app itu. Kalian tahu? Semua kalimat yang aku ketik dalam bahasa Jepang dicoret pakai garis merah. Namun aku masih tetap semangat belajar dan bersikukuh tidak menggunakan text book sama sekali. 

Dua bulan sudah, aku mempelajari bahasa Jepang. Namun hasilnya nihil hingga tibalah dititik keputusasaan. Qadarullah, aku berkenalan dengan seorang panpal yang tertarik dengan Islam dan akan berkunjung ke Jakarta pada bulan April 2016. Orang itu bernama Kouta Nakatsuji. 

Aku masih tidak yakin untuk bertemu seorang panpal yang aku kenal dari dunia maya. Selama seminggu sebelum pertemuan, aku berdoa agar diberi petunjuk 😅 Aku berdoa pada Allah, aku hanya ingin belajar bahasa Jepang dengannya. Jika orang itu tidak baik, semoga aku kuliah sampai malam seperti biasanya. Namun jika orang itu baik, maka mudahkanlah kami untuk bertemu. 

Kemudian aku mengatur tempat ketemuan kita yaitu di pintu masuk masjid Istiqlal yang bersebrangan dengan gereja Katedral. 

Sabtu, 2 April 2016

Entah mengapa hatiku terasa bahagia sekali. Meskipun ada sedikit kekhawatiran. Qadarullah, seharusnya hari itu aku kuliah sampai malam. Namun, dosen-dosen yang mengajar berhalangan hadir. Waktu masih menunjukkan pukul 11.00 siang. 
"Ya Allah, apa ini tanda kalo Engkau mengizinkan aku untuk bertemu dengannya? Ya Allah lindungilah aku, semoga kami bisa saling belajar pas ketemuan nanti."ucapku dalan hati. 

Kemudian aku mengganti pakaianku di masjid dekat kampus. Setelah itu pergi ke Istiqlal menggunakan Transjakarta. 

Sesampainya di Istiqlal, tiba-tiba semua kekhawatiranku hilang. Aku menunggu sekitar 1jam di meeting point (datangnya kecepetan). 

"Duh ni orang mana sih?Salah aku sendiri sih ngajak ketemuan jam 2. Sekarang masih jam 1. " ucapku dalam hati. 

"Ih udah jam 13.55 tapi dia belum datang juga. Ya udah deh, aku tunggu sampai jam 14.00 aja. Kalo jam 14.00 ga dateng juga. Pulang aja ah. O ya aku juga kan ga tau muka Kouta kayak gimana. Lah trus gimana mau ketemu yak. Eh tapi kan aku dah bilang aku bakal pakai baju apa buat ketemuan hari ini. Hmm Ya udah deh, nanti kalau ada orang mata sipit kulit putih pasti dia. Lagian orang Jepang pasti mirip ama orang Cina."

Pukul 14.00
Tiba-tiba aku melihat seorang pria berkulit putih mata sipit memakai topi. 

"Wah kayaknya ni dah orangnya wkwkwk. Ah tapi ga mungkin, ini kayak orang Cina. Tapi kok ini cowo ganteng ya. Duh apa-apaan sih. Aku malah mikir yang aneh-aneh." ucapku dalam hati sambil tersenyum sendiri 

"What?? Kok ni cowo malah jalan kearah gw sih. Trus nunjuk-nunjuk gw pake bahasa planet mana tuh."ujarku dalam hati. 

-bersambung ke episode Seorang Teman dari Negeri Sakura -

Tidak ada komentar: