Sebuah
cinta yang tak terobati dapat menambah rasa dahaga setiap hati, yah
begitulah yang dirasakan Husna. Dia adalah gadis belia yang sedang
merasakan indahnya cinta.
Tapi,
ini bukanlah sembarang cinta.Karena cinta yang dimiliki Husna bagaikan
sebuah kutub bumi,walau berjauhan tapi memiliki daya tarik kuat bahkan
melebihi itu.Dahaga asmara yang menggelora ini tak dapat lagi ia
sembunyikan,tapi Husna merasa bingung,karena ia semakin terbakar didalam
api cinta.
Di
sore hari setelah pulang exkul, tak seperti biasanya Latif (teman
sekelas Husna) berdiri didepan gerbang pintu sekolah. Tidak lama ia
menunggu, seorang gadis anggun parasnya bagaikan mutiara dalam tiram
keluar menuju gerbang sekolah. Ia adalah Husna, gadis pujaan hati Latif.
“ Husna, udah selese exkul ya?” tanya Latif
“Udah, kok. Oh ya, udah sore nih, aku pulang dulu ya.” jawab Husna
“Tu..tunggu dulu, soalnya gw mau ngomong sesuatu ama lo.”desak Latif
“Apaan, tif? Kayaknya penting banget?” tanya Husna bingung.
“I..ini, ehmm mending, kita ngomongnya berdua aja dibawah pohon itu.”pinta Latif
“Ha?
Ga ah, tar kalo kekasih aku liat, dia bakal cemburu abis, dah aku
pulang kerumah duluan ya, kalo yang mau kamu omongin itu penting banget,
mending jangan berdua doang ngomongnya,ajakin temenmu biar kekasih aku
ga jealous.Maap banget ya,Latif.”jawab Husna seraya keluar gerbang dengan tergesa-gesa.
Hati
Latif begitu hancur,ternyata sebelum ia mengungkapkan perasaannya, ia
telah didahului seseorang. Sejak kejadian itu, Latif menjadi siswa
pendiam dikelasnya dan prestasinya dikelas semakin menurun belakangan
ini.Suatu ketika Latif sedang meluapkan seluruh kekecewaannya didalam
sebuah buku.
“Cinta
itu bagaikan pisau bermata dua, disatu sisi ia dapat merubah hati yang
kelabu menjadi penuh warna.Tapi kini ,hatiku tertusuk oleh sisinya yang
lain, sisi itu telah merubah hari-hariku tak berarti lagi.Mengapa ia tak
memilihku, padahal aku lebih baik dari orang yang ia cinta.”
Tiba-tiba ia terdiam dan mendengarkan percakapan Husna dan Ira dibelakangnya.
“Husna
kenapa sih kamu ga pernah mau pacaran,padahalkan anak usia kayak kita
tuh butuh banget, malah itu bukan lagi kebutuhan tapi kewajiban.”tanya
Ira
“Aneh,kamu ra.”jawab Husna
“Aneh?Aneh
kenapa? Husna, tau ga sih, kamu tuh pinter, baek terus cantik lagi.
Coba hati kamu tuh mau dengerin omongan aku, buat pacaran. Pasti deh,
cowo mana siiih yang ga mau jadi pacar kamu.”jelas Ira
“Uhm,
bagi aku tuh ya, pacaran ga guna, itu malah jadi beban, lagian kalo
pacaran dah dianggap sebuah kewajiban, itu mah bukan jalan aku. Aku ga
butuh cowo pengecut, yang cuman berani ajak aku jadian terus jadi
cewenya. Aku cuman butuh cowo sejati, lagian aku ga mau ada yang
cemburu. Dia selalu ngertiin apa aja yang aku butuhin ama yang aku
rasain sekarang.Dia itu spesial.”jawab Husna
“Dia? Dia siapa?”tanya Ira bingung.
“Dia
itu adalah Allah, sang pemilik cinta. Ia ga pernah rela liat kita
kesusahan, Dia selalu bikin aku semangat buat ngelakuin apa-apa. Makanya
aku ga mau pacaran, karena takut Dia cemburu ama aku, Dia itu special
banget dihatiku,ra.” jawab Husna
Setelah mendengar ucapan mereka, tiba-tiba terlintas didalam benak Latif untuk melanjutkan tulisannya di sebuah buku.
“Mencintai
seseorang bukanlah apa-apa.Dicintai oleh orang lain adalah hal spesial.
Dicintai orang yang dicinta sangatlah berarti, tapi dicintai oleh Sang
Pemilik Cinta adalah segala-galanya.Husna, bidadariku betapa mulianya
hatimu. Cintamu pada-Nya bukanlah cinta semu atau mendayu-dayu. Cintamu
pada-Nya adalah cinta sejati yang takkan pupus oleh waktu. Aku mau, kau
akan menjadi bidadariku di bumi dan di negri yang abadi. Walau hal itu
tak mungkin,tapi biarlah waktu berlalu hingga aku sanggup tuk memintamu
menjadi bidadariku..Karena,sebelum aku berjuang tuk mendapatkanmu, aku
akan berusaha untuk mencintai-Nya terlebih dahulu, kemudian mencintaimu
karena-Nya.”
Itulah yang ditulis Latif didalam bukunya dan ia kini mengerti arti cinta sejati sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar