Social Icons

Kamis, 26 Desember 2013

Gubuk Tua

Bermula dari kisah seorang remaja yang sedang mencari jati diri. Dia adalah Husna, perempuan yang kekanak-kanakan namun memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Di usianya yang ke- 12, ia mengikuti berbagai kegiatan sekolah seperti pengurus kelas dan aktif di di 6 ekskul (perkusi, ansambel, basket, bulutangkis, pramuka, dan teater). Tak terasa sudah hampir 2 bulan ia berada di SMP Bina Tunas Muda Tarakan, ia merasa ada hal yang kurang di dirinya. Entah angin apa yang telah membuatnya seperti itu, namun dibalik kesibukannya ia sejenak berfikir untuk apa semua itu. Apa yang dia lakukan sudah benar, tapi kenapa dia merasa belum menemukan jati dirinya. Di sela-sela kebingungannya, seorang gadis menghampirinya.

“Door!” teriak Gebi
“Uh, lo ngagetin gua aja sih!” Tukas Husna
“Haha…Abis, lu gua panggil ngga nengok-nengok. Oh ya sabtu temenin gua ke Aula yuk.” Jawab
“Ngapain? Gua ada latihan basket besok.”
“Hmm, gua denger-denger sih ada ekskul baru gituu. Nah mereka mau adain launchingnya di Aula. “
“Ooh, emang ekskul apaan sih?”
“ROHIS.”
“Ha? Apaan tuh?”
“Rohani Islam. Ayoo ikut yaa.”
“Ogah ah, paling itu cuman ngaji-ngaji ga jelas, dah gitu bakal ngebetein banget tuh acara! Lagian kan ROHIS itu sarang teroris, mau aja sih lo ikut-ikutan kayak gitu.”
“Ish…Ayooo laah, Husna. Lagian kan disana kita cuman nonton, games, sama training motivasi gituu. Pleaaasee, temenin gua dong, na.”
“Huft, ok,ok. “
“Hihi, gua tunggu besok jam 8 di depan Aula yah.”
“Iyaa, iya.”

Keesokan harinya, Husna dan Gebi menghadiri launching ROHIS. Disana ada banyak hal yang membuat dua gadis ini penasaran seperti kakak-kakak panitia yang perempuan mengenakan kerudung yang begitu panjang, pintu masuk perempuan dan laki-laki yang dipisah, pengemasan acara launching yang begitu pas dengan anak SMP, dan masih banyak lagi.
“Assalamu’alaikum say, mau ikut ekskul ROHIS ga?” tanya seorang wanita muda di meja registrasi
“Wa’alaikumussalam, wah maaf kak. Saya dah begitu sibuk sama ekskul-ekskul saya. Terus saya juga males yang namanya ngaji.”jawab Husna dengan nada datar
“Tak apa say, tapi sebaiknya kamu coba dulu aja ikutin minimal 1 kali pertemuan. Disini kita ga cuman belajar ilmu agama aja, kita juga bisa belajar pengetahuan umum, nonton, games, pokoknya seru deh.”kata wanita itu sambil tersenyum


Akhirnya Husna dan Gebi menjadi anggota ROHIS, disana mereka merasakan banyak hal yang belum pernah mereka dapatkan. Namun, Husna bukanlah tipe orang yang mudah diajak kebaikan seperti Gebi. Dia di ROHIS awalnya hanya ingin memenuhi ajakan Gebi dan penasaran dengan sikap murobbiah yang begitu sopan dan penuh senyum kepadanya padahal Husna selalu usil.

Tak terasa sudah 3 tahun ia di ROHIS dengan seorang murobbiah yang mengajarinya makna hidup, arti cinta sejati, serta betapa berharganya ilmu. Kemudian Husna melanjutkan studinya ke SMA Pelita Muda hanya karena ingin mentoring dengan Ka Muti. Disana ia merasa sedikit sedih karena ka Muti mengisi halaqah kelas XI, sementara kelas X dipegang kakak kelas XII. Selain itu, gedung SMA Pelita Muda yang sudah tua membuatnya semakin ragu untuk melanjutkan studinya disana. Apalah daya Husna, nasi telah menjadi bubur. Semua yang ia mau tak semulus yang ia harapkan. Ia juga malu kalau teman-teman SMPnya menanyakan dimana ia bersekolah.

“Janganlah lihat sesuatu dari kulitnya, lihatlah sampai kedaging dan bijinya. Memang gedung SMA ini udah tua, tapi bukan berarti SMA ini ga bisa menghasilkan lulusan terbaik. Banyak dari kakak kelas kita yang melanjutkan studi diluar negri dan beberapa PTN favorit.”ujar seorang kakak kelas saat MOPDB
SMA Pelita Muda adalah salah satu SMA unggulan dikota Tarakan, walaupun bukan sekolah islam tapi disinilah Husna mengenal Islam lebih dalam. Sejak awal MOPDB, seluruh siswa-siswi muslim diwajibkan mengikuti mentoring, solat duha di masjid, solat berjamaah, dan kenal teman-teman satu angkatan. Rohis bukanlah ekskul, namun sebuah program yang diwajibkan oleh pihak sekolah karena sekolah benar-benar memahami pentingnya keseimbangan antara IQ, ESQ, dan EQ. Sekolahpun percaya dengan adanya Rohis yang menjadi program resmi sekolah bisa menekan angka kenakalan remaja.
Husna pun semakin bersemangat mengikuti berbagai kegiatan maupun kepanitiaan di Rohis,OSIS, maupun ekskul disekolahnya. Sungguh, kini ia merasa begitu nyaman berada di “gubuk tua” karena disinilah ia mulai menemukan jati diri dan pendewasaan diri.
Tibalah saat dimana tongkat estafet dakwah SMA Pelita Muda bergulir ditangan Husna dan ia dikirim sebagai delegasi luar sekolahnya. Kini ia pun aktif di organisasi luar sekolah sebagai Ko.A Divisi Luar RTB (Rohis Tarakan Bangsa) yang menaungi Rohis-rohis se kota Tarakan.

Di RTB, Husna belajar banyak hal seperti mengerti sebelum dimengerti, menjadi lebih dewasa dalam menyelesaikan masalah, mengenal karakter orang lain, dan masih banyak lagi. Namun itu semua tidaklah terlepas dari berbagai lika-liku yang ia jalani selama di RTB karena pelaut yang handal dihasilkan oleh laut yang penuh gelombang dan badai.

Futur itu pasti pernah dialami dirinya, namun ia tak ingin berlarut-larut dalam kefuturan karena sesungguhnya futur dan keiklasan dalam beramal tergantung diri kita. Jika diri berkehendak futur dan tidak diisi dengan siraman ruhiyah serta pembekalan yang matang maka jadilah ia bagian orang-orang yang terseleksi oleh alam seperti teman-teman Husna di RTB.

Hingga suatu ketika ketua RTB mengalami futur selama hampir 3 bulan lamanya dan selama itu pula ia menjalankan amanah yang seharusnya sang ketua lakukan. Husna merasa gagal dalam mengemban amanahnya karena TQ (taqliful qulub) yang ia adakan selalu gagal. Disela-sela kesedihannya, terpancar cahaya harapan yang dimana ia selalu mendo’akan saudara-saudarinya agar kembali di RTB tuk sama-sama menjalankan amanah sampai habis dan ia selalu berdo’a agar Allah membalikkan hati sahabatnya ke jalan cinta-Nya.
           
Tiga bulan mendekati akhir amanah, lagi-lagi tekanan dan ujianpun silih berganti. Orang tua Husna menyuruhnya keluar dari RTB dan berbagai organisasi luar sekolah karena ia harus fokus membantu orang tuanya di kantor dan persiapan ujian akhir. Husna tak dapat menolak perintah orang tuanya. Ridhallah fii ridha walidain, su’thullah fii su’thu walidain. Yah, itulah yang sering diingatkan oleh gurunya disekolah. Meskipun Husna tak lagi di RTB, ia selalu berharap tuk dakwah yang lebih baik di ROHIS Pelita Bangsa dan RTB (Rohis Tarakan Bangsa).

Di hari perpisahannya dengan anak RTB, Ketua RTB tiba-tiba datang kesekolahnya dan ia mengatakan tidak jadi keluar dan tetap bersama-sama dijalan dakwah. Itulah roda kehidupan, mereka bertemu dan berpisah karena-Nya.

Tidak ada komentar: